Menuju Pribadi . . . .

Menuju pribadi yang semakin diperkenan oleh Tuhan . By Saut Panjaitan.

Minggu, 10 Juni 2012


Iman Seperti Abraham   
“Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham” (Galatia 3:7) .  Saudara, Abraham disebut bapa orang beriman, agar menjadi contoh,bagi yang mau hidup beriman pada Tuhan .  Lalu seberapa besarkah imannya,hingga dia patut jadi contoh/ukuran bagi se tiap kita ? Dan bagaimana cara kita mengukurnya ?  1)  Seberapa rela, tinggalkan hidup lama ?  Saat Abraham diperintahkan Tuhan untuk tinggalkan negerinya yang lama (cara hidup lama) , Abraham taat dan rela, meski dia sama sekali belum tahu dan melihat, apa yang kemudian akan dia terima (Ibrani 11:8/ Kejadian 12:1-2) . Lalu bagaimana kita bisa dikatakan percaya/ beriman pada Tuhan, jika sama sekali tidak mau tinggalkan dosa-dosa kita ?  Bukankah Firman Tuhan katakan “Upah dosa adalah maut” ?  Dan ketika kita terus saja berbuat dosa,bukankah itu sama artinya, bahwa kita belum percaya betul, bahwa ; apa yg Tuhan katakan itu, pasti terjadi ? Sebab iman bukan hanya sekedar kata kata “aku percaya”, tapi juga harus disertai dengan perbuatan (Yakobus 2:14).  2)  Seberapa rela kita korban bagi Tuhan ?  Ishak adalah satu-satunya milik berharga, yg dipunyai Abraham.  Satu hari, anak yg didapat dengan perjuangan berpuluh tahun tadi, diminta Tuhan . Tanpa pikir panjang Abraham berikan yg Tuhan minta, karena dia yakin ; Bahwa Tuhan sanggup kembalikan apa yg dia berikan, bahkan meski Ishak harus disembelih sampai mati untuk korban, Tuhan pasti sanggup menghidup kannya lagi,untuk dikembalikan padanya (Ibrani 11:17-19). Lalu apa benar,Tuhan inginkan milik Abraham? Sama sekali tidak !  Dia hanya menguji, sampai dimana kesetiaan dan cintanya pada Tuhan .  Sebab Tuhan sendiri, telah sediakan untuk korban tersebut (Kejadian 22:16-17) . Jika kita diminta untuk berkorban, dan lalu masih berpikir ; panjang kali lebar , bukankah itu menunjukkan : kita kurang yakin, bahwa Tuhan tak akan pernah rugikan kita ? Dia sanggup kembalikan lagi, tanpa kurang sedikitpun .  Lalu kita katakan,“Wah saya juga sedang dalam kekurangan !“ Justru supaya tidak lagi kekurangan,berilah..maka kamu akan meneri ma berlipat kali ganda (Maleakhi 3:10 = Lukas 6:38) .  Ini bukan untuk dihapal dikepala saja, tapi justru harus dipraktekkan, supaya kita bisa lihat hasilnya .  3)  Seberapa lama kita tetap teguh, meski tidak melihat ada harapan ?  Abraham perjuangkan imannya, bukan sehari dua hari . Dan sama sekali tak ada harapan atau kemungkinan apapun,sebab Abraham sudah mati pucuk dan Sara rahimnya telah tertutup (Ibrani 11: 11) . Tapi Abraham tetap teguh percaya pada janji Tuhan,sebab Abraham yakin,bahwa ; Dia Yang berjanji itu Setia . Dan Allah tidak akan pernah lupa, untuk menggenapi janjiNya . Gbu .

Tidak ada komentar: