“Hajaran Membuka Mata Kita“
“Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal,
yang
kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia
tidak akan mendekati engkau” (Mazmur 32:9). Ketika hujan turun amat deras, setelah lama tidak
pernah hujan, maka sebuah kampung mengalami banjir besar yang sangat merugikan.
Mereka marah, mereka kesal, saling menyalahkan, bahkan sampai menyalahkan alam
; mengapa hujan terlalu besar ? Padahal
; mereka sendiri yang buang sampah sembarangan, saluran air dan selokan tidak
pernah dibersihkan . Membangun rumah, justru dipinggiran sungai, atau ditanah
yang datarannya rendah , atau dengan membangun sembarangan, sehingga menghambat
lajunya air . Dan jika diberi tahu,
mereka tidak peduli, malahan mereka marah . Jadi supaya bisa belajar dan
mengerti, terpaksa alam dipakai untuk mengajar mereka . Saudara, kenapa mereka harus alami keadaan seperti itu, apa
Tuhan tidak peduli dan membenci mereka ? Tentu saja tidak . Tetapi lewat semua
peristiwa itu, Tuhan ingin mengajarkan mereka sesuatu, yaitu : 1)
Supaya belajar menselaras diri . Artinya ; jika mau tinggal dengan aman dan
nyaman dimuka bumi, maka manusia harus belajar menselaraskan diri dengan alam ini
. Sebab tidak mungkin alam yang harus menselaraskan diri dengan manusia . Atau
jika manusia ingin hidup nyaman, aman dan damai sejahtera, maka manusia haruslah
menselaraskan dirinya, dengan hukum-hukum Tuhan . 2)
Berapa lama pembelajaran itu berlangsung ? Semakin cepat kita mau sadar dan belajar, maka
secepat itu juga pembelajaran akan disudahi . Namun makin lama kita tidak mau sadar dan
belajar untuk berubah jadi lebih baik, maka pelajaran itupun akan terus-menerus
diulang, sampai kita bisa mengerti dan mau berubah dari cara perilaku kita
dimuka bumi ini. Sebab tidak mungkin,
seseorang yang telah berhasil lulus ujian dalam satu mata pelajaran, harus
mengulang ujian lagi, untuk mata
pelajaran yang sama. 3) Lulus pembelajaran, berarti naik tingkat
lebih tinggi . Tujuan ahir dari
semua pembelajaran itu, tentunya : agar manusia ciptaan Tuhan, dapat menerima
dan menikmati segala sesuatu yang jauh lebih baik dari sebelumnya . Ayub mengalami ujian dalam hidupnya, agar
bukan saja segala yang dia miliki Tuhan lipat kali gandakan (Ayub 42:10), tetapi
juga agar Ayub bisa mengenal dan melihat kuasa dan kasih Tuhan secara pribadi,
dan bukan sekedar hanya kata orang saja . Tetapi memang, tentunya alangkah lebih baik
lagi, jika manusia mau cepat sadar dan belajar, sehingga tidak harus mengalami hajaran
dan derita terlebih dulu, oleh berbagai
masalah dan kesukaran dalam hidupnya . Gbu
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar